PENGEMBANGAN POLA “PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH“ DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (PenellitianTindakanKelasdi SMP Negeri 220 Jakarta)
DOI:
https://doi.org/10.56745/js.v4i1.249Kata Kunci:
belajar IPS, Kontekstual, PTKAbstrak
Penelitian Tindakan Kelas ini berjudul Pengembangan Pola “Pembelajaran Berbasis Masalah“ dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Penellitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 220 Jakarta). Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penerapan Pola Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, kendala-kendala dan upaya yang dilakukan serta bagaimana efektifitas pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode PenelitianTindakan Kelas (PTK) atauclassroom action research, yakni penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuri, atau sesuatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Prosedur yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart yang dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi dan reflesksi. Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX-3 SMPN 220 Jakarta. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dokumentasi, lembar kerja kelompok siswa dan jurnal.
Dari data yang diperoleh menunjukan bahwa sebagian besar siswa mendukung dan tertarik terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, melalui pengembangan pola pembelajaran berbasis masalah. Karena siswa dengan pola pembelajaran tersebut dibisakan untuk menemukan, mengalami serta mengkontruksi pengetahuannya yang difasilitasi oleh guru, selain itu keterlibatan (engagement), dimana siswa dalam proses pembelajaran diperankan secara aktif sebagai pemecah masalah, siswa dihadapkan pada situasi yang mendorongnya untuk mampu menemukan masalah dan memecahkannya, serta melalaui kegiatan sharing yang dikemas dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas, siswa mampu mengekspresikan, mengungkapkan pendapat, dan memahami masalah, menjadi faktor-faktor keberhasilan yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran. Selain itu berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru, dapat disumpulkan bahwa guru menanggapi positif terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan mengembangkan pola pembelajaran berbasis masalah, serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang ditunjukan dengan keterlibatan dan keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung, seperti mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru, mengungkapkan pendapat, komentar, menanggapi, menghargai perbedaan pendapat dengan temannya. Begitu juga wawancara dengan siswa, yang menunjukan ketertarikannya pada pembelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan mengembangkan pola pembelajaran berbasis masalah, mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penerapan pola pembelajaran tersebut ternyata dapat mengembangkan pembelajaran yang dinamis dan terarah, dengan melibatkan siswa secara aktif melalui kegiatan mengidentifikasi, memahami, menafsirkan dan menyelesaikan masalah.Semua faktor keterkaitan antara pola pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kritis, memberikan kontribusi bagi keberhasilan guru dalam menggunakan pola pembelajaran tersebut. Sehingga dapat diciptakan suasana pembelajaran yang efektif, serta terciptanya pembelajaran yang menyenangkan, agar tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan